Mbok Yem
Source: Teropong News

Selamat Jalan, Mbok Yem: Penjaga Warung Legendaris di Puncak Lawu Telah Berpulang

Linamasa.com – Mbok Yem yang merupakan sosok yang tak pernah absen menyambut pendaki di puncak Gunung Lawu, telah meninggal dunia pada Rabu, 23 April 2025 siang.

Kabar duka ini datang dari rumahnya yang terletak di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.

Kepala Seksi Pemerintahan Desa Gonggang, Sugeng Sucipto, membenarkan kabar kepergian wanita yang bernama asli Wakiyem itu.

Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya setelah sempat menjalani perawatan intensif di RSU

Siti Aisyiyah, Ponorogo akibat penyakit pneumonia akut, atau infeksi saluran pernapasan serius yang menyerangnya sejak Februari lalu.

Warung di Atas Awan: Jejak Hidup Mbok Yem di Gunung Lawu

Nama Mbok Yem bukan sekadar legenda, tetapi ikon hidup bagi para pendaki Gunung Lawu.

Ia adalah satu-satunya pemilik warung yang terletak hampir di puncak gunung, tepatnya di area Hargo Dumilah, ketinggian sekitar 3.150 meter di atas permukaan laut (mdpl), hanya berjarak 115 mdpl dari titik tertinggi Gunung Lawu.

Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem sudah setia membuka warung kecil di tengah udara tipis dan dinginnya angin pegunungan.

Warung itu bukan hanya tempat membeli makanan atau minuman hangat, melainkan rumah kedua bagi para pendaki.

Dari sekadar menyeduh kopi, menghangatkan tubuh dengan mie instan, hingga berbagi cerita dan tawa di tengah kabut tebal, semuanya terekam dalam kenangan mereka yang pernah naik ke Lawu.

Dari Sosok Biasa Menjadi Legenda

Mbok Yem bukan hanya dikenal karena keuletannya menjaga warung di puncak gunung selama puluhan tahun, tapi juga karena keramahannya yang khas dan ketulusan menyambut siapa saja.

Ia dianggap sebagai “ibu” oleh para pendaki, yang selalu memberikan senyum hangat dan semangkuk makanan di ketinggian yang ekstrem.

Ketulusan itu membuat warungnya terasa hidup. Bukan hanya tempat berteduh dari dingin, tapi juga tempat untuk merasa aman dan disambut setelah menempuh jalur pendakian yang melelahkan.

Sakit dan Turun Gunung Lebih Awal

Sejak awal Februari 2025, kesehatan Mbok Yem mulai menurun akibat pneumonia.

Kondisinya semakin memburuk di bulan Maret, sehingga ia harus turun gunung lebih awal, jauh sebelum tradisi biasanya, yakni jelang Lebaran.

Dengan tubuh lemah, ia ditandu oleh enam orang menyusuri jalur Lawu untuk kembali ke rumahnya di Magetan.

Biasanya, momen turunnya Mbok Yem menjadi penanda khas di kalangan pendaki—tapi kali ini terasa berbeda.

Banyak yang berharap ia bisa kembali naik ke puncak, menyeduh teh hangat seperti dulu. Namun, takdir berkata lain.

Dikenang dalam Doa dan Kenangan Ribuan Pendaki

Mbok Yem wafat di usia 82 tahun, meninggalkan jejak yang tak tergantikan di hati ribuan pendaki dari berbagai generasi.

Jenazahnya kini disemayamkan di rumah duka dan akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Gonggang, Magetan.

Meski fisiknya telah tiada, namanya akan selalu hidup di antara kabut Gunung Lawu, dalam obrolan para pendaki yang berhenti di bekas warungnya, atau dalam secangkir kopi hangat yang mereka teguk sambil mengenang sosok bersahaja itu.

About Nuriyah Nofasari

Check Also

1 Mei 2025

Tidak Hanya Tanggal Merah, Ini Alasan 1 Mei Jadi Hari Libur Nasional dan Maknanya untuk Pekerja

Linamasa.com – Setiap tahunnya, 1 Mei diperingati sebagai hari libur nasional. Banyak yang menyambut gembira …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *