Linamasa.com – Belakangan ini, istilah “Doom Spending” semakin banyak dibicarakan di kalangan warganet, khususnya di media sosial, yang menarik perhatian banyak pihak.
Fenomena ini menjadi sorotan karena dianggap sangat relevan dengan kebiasaan belanja impulsif yang marak terjadi, terutama di kalangan Generasi Z dan Milenial.
Doom Spending merujuk pada perilaku berbelanja secara berlebihan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.
Yang sering kali dilakukan sebagai cara untuk meredakan stres atau kecemasan terkait masa depan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Lalu, apa itu doom spending? Simak penjelasannya di sini!
Apa Itu Doom Spending?
Doom spending adalah perilaku berbelanja secara impulsif sebagai cara untuk meredakan stres atau kecemasan, meski kondisi keuangan sedang tidak baik.
Berbeda dengan terapi belanja, doom spending lebih berfokus pada pembelanjaan yang tidak perlu dan dilakukan karena pesimisme terhadap masa depan, terutama terkait ekonomi.
Istilah ini pertama kali muncul pasca 2020, ketika banyak orang merasa tertekan oleh ketidakpastian ekonomi, politik, dan iklim.
Penulis dan pengamat keuangan, Tori Dunlap, menyatakan bahwa banyak orang terlibat dalam doom spending untuk meredakan kecemasan mereka.
Meski mereka sadar bahwa pengeluaran tersebut dapat memperburuk kondisi keuangan jangka panjang.
Menurut survei yang dilakukan Qualtrics dan Intuit Credit Karma, sekitar 27% orang Amerika melakukan fenomena tersebut di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti.
Di antara mereka, 43% adalah generasi milenial, sementara 35% adalah Gen Z.
Dampak Negatif Doom Spending
Meskipun doom spending mungkin memberikan rasa nyaman sementara, perilaku ini memiliki dampak jangka panjang yang serius.
Orang yang terus-menerus melakukan fenomena tersebut cenderung tidak fokus pada menabung atau investasi masa depan.
Beberapa bahkan merasa bahwa menabung tidak akan membantu mereka mencapai tujuan finansial, seperti membeli rumah atau pensiun dengan tenang.
Pada akhirnya, perilaku ini dapat membawa seseorang ke dalam masalah finansial yang lebih besar, seperti utang menumpuk atau bahkan kebangkrutan.
Gen Z sebagai generasi yang lebih rentan terhadap ketidakpastian masa depan, sangat rentan terjerumus dalam kebiasaan fenomena tersebut ini.
Cara Mencegahnya
Untuk menghindari dampak negatif fenomena tersebut, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
Pasang Penghalang untuk Pembelian Impulsif
Salah satu cara efektif mencegah doom spending adalah dengan memasang penghalang sebelum melakukan pembelian.
Misalnya, biasakan untuk berpikir dua kali sebelum membeli sesuatu dan pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
Kamu juga bisa memilih menggunakan uang tunai daripada e-money, sehingga Anda lebih sadar setiap kali mengeluarkan uang.
Batasi Penggunaan Media Sosial
Media sosial sering kali menjadi pemicu munculnya keinginan berbelanja secara impulsif.
Informasi yang berlebihan atau tren yang menekan membuat banyak orang merasa perlu mengikuti gaya hidup tertentu.
Untuk itu, cobalah mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dan fokus pada kegiatan offline yang lebih bermanfaat.
Tetapkan Batasan Pengeluaran Harian atau Bulanan
Agar tidak terjebak dalam perilaku doom spending, buat anggaran bulanan dan tetapkan batas pengeluaran untuk kebutuhan non-esensial.
Dengan memiliki batasan ini, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari pemborosan.
Prioritaskan Menabung dan Investasi
Daripada menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu, sebaiknya alokasikan sebagian pendapatan kamu untuk menabung atau investasi.
Ini bisa membantu menciptakan rasa aman finansial dan mengurangi kecemasan terkait masa depan.
Doom spending adalah fenomena yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan dan ketidakpastian, terutama di kalangan Gen Z dan milenial.
Meskipun berbelanja mungkin tampak seperti pelarian yang menenangkan, kebiasaan ini bisa membawa dampak negatif pada kondisi finansial.
Dengan membatasi belanja impulsif, mengurangi penggunaan media sosial, dan fokus pada pengelolaan keuangan yang lebih baik, kamu bisa menghindari risiko keuangan jangka panjang yang disebabkan oleh fenomena tersebut.