Linamasa.com – Para Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah, hari ini bisa dikatakan sebagai salah satu hari yang sangat istimewa karena menjadi bagian dari bulan Muharram.
Terlebih lagi, pada saat yang sama bertepatan dengan bulan Agustus, dimana merupakan bulan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Untuk itu, dengan adanya kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT, harus senantiasa kita gunakan untuk terus meningkatkan taqwallah, yakni dengan selalu menjalankan semua perintah – Nya dan berupaya keras untuk menjauhi segala larangan – Nya.
Hadirin Rahimakumullah, tahun hijriyah juga sama dengan tahun masehi, dimana menjadi bagian dari fenomena alam biasa.
Singkatnya, jika kalender masehi mengandalkan perhitungan pada peredaran bumi saat mengelilingi matahari, kalender hijriyah mengandalkan perhitungan pada peredaran bulan mengelilingi bumi.
Untuk itu, pada kehidupan sehari – hari, tentu kita pernah mendengar istilah kalender qamariyah. Yang mana qamar bisa diartikan sebagai bulan.
Sedangkan untuk kalender masehi, biasa dikenal sebagai kalender syamsiyah. Yang mana syam bisa diartikan sebagai matahari.
Meskipun begitu, di balik posisi bulan dan matahari sebagai sebagian dari gejala alam, ternyata terdapat beberapa keistimewaan sesuai dengan syariat islam.
Di dalam islam, terdapat ajaran khusus yang menjelaskan terkait dengan kelebihan – kelebihan tertentu pada masing – masing bulan dalam perhitungan kalender hijriyah. Hal ini diperkuat dengan adanya firman Allah SWT di dalam surat At Taubah ayat 36.
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah SWT ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah SWT pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang lurus.
Ayat tersebut menjabarkan bahwa tidak semua bulan mempunyai kedudukan yang sama. Dalam Islam telah ditetapkan ada empat bulan utama di luar dari bulan Ramadhan, seperti bulan Dzulqa’dah, bulan Dzulhijjah, bulan Muharram dan bulan Rajab.
Karena bulan – bulan tersebut dianggap lebih mulia, dalam islam menganjurkan bagi para umat muslim untuk bisa memanfaatkan dengan baik momentum yang disediakan oleh Allah SWT.
Ada baiknya jika kita semua lebih memperbanyak ikhtiar mulai dari ibadah hingga berbagai kegiatan yang tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para umat muslim dianjurkan untuk melakukan berbagai macam ibadah seperti puasa, sedekat, dzikir hingga solidaritas terhadap sesama.
Imam Al Ghazali mengenalkan salah satu istilah penting yakni al – ayyam al – fadhilah (hari – hari utama).
Menurutnya lebih lanjut, hari – hari utama bisa dijumpai ada setiap minggu dan juga setiap bulan. Imam Al Ghazali juga mengenalkan al – asyhur al – fadhilah (bulan – bulan utama). Bulan – bulan utama yang dimaksudkan ini juga akan selalu ditemui di tiap tahun.
Waktu menjadi salah satu dari makhluk ciptaan Allah SWT, seperti halnya manusia, binatang dan juga jin.
Namun perlu dipahami, bahwa ada berbagai tempat utama seperti contohnya, MasjidIL Haram, Masjid Nabawi, Multazam dan lain sebagainya. Pada waktu pun juga sama.
Dalam setiap rentang waktu tertentu mulai dari hitungan hari, minggu, bulan hingga tahun, ada beberapa waktu yang diistimewakan oleh Allah SWT.
Kita ambil contoh saja pada waktu sepertiga malam terakhir, bulan Ramadhan, hari Jumat, bulan Muharram, hingga rentang waktu antara shalat Maghrib dan shalat Isya.
Dalam waktu – waktu yang dianggap spesial tersebut, pahala yang diberikan oleh Allah SWT bisa dilipatgandakan sesuai ketentuannya, doa – doa yang dipanjatkan kemungkinan besar akan langsung dikabulkan, hingga dosa – dosa yang pernah dilakukan akan diampuni.
Jamaah Shalat Jumat Hafidhahullah, Allah SWT memang memberikan anugerah kepada kita semua berupa kesempatan – kesempatan emas yang sangat banyak.
Allah SWT telah mengutamakan beberapa waktu tertentu karena dengan tujuan memberi keutamaan kepada semua umat – Nya.
Sebagaimana dalam firman – Nya yang tercantum dalam surat At Taubah ayat 36.
“Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu dan tempat tertentu merupakan kehendak dimuliakannya manusia, melalui perbuatan – perbuatan baik dan akhlak mulia yang mereka lakukan. (sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ibnu Asyur di dalam At Tahrir wat Tanwir)
Pada pernyataan yang disampaikan oleh Ibnu Asyur terdapat kandungan pengertian tentang kemuliaan bulan tertentu itu tidaklah mutlak. Artinya disini, kemuliaan untuk umat Islam mengandung beberapa syarat di dalamnya, seperti halnya pada saat mereka hendak mengisi waktu – waktu khusus untuk menjalankan akhlakul karimah dan amal saleh.
Keutamaan bulan – bulan tertentu menjadi satu hal, sedangkan keutamaan pribadi orang Islam menjadi hal yang lain.
Bulan muharram terdapat keistimewaan yakni satu soal, sedangkan untuk keistimewaan dari masing – masing individu muslim yakni soa lain.
Kondisi tersebut sangat bergantung pada setiap respons yang diberikan terhadap keutamaan – keutamaan yang telah disediakan Allah SWT kepada kita semua, apakah ingin mengisinya dengan hal – hal yang baik atau justru sebaliknya.
Di antara banyaknya amalan yang dianjurkan pada bulan pertama di kalender hijriyah ialah menjalankan ibadah puasa.
Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, menjelaskan bahwa “seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan mengajukan pertanyaan, setelah bulan Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal? Nabi pun menjawab, puasa di bulan Allah, yakni bulan Muharram.”
Penyebutan bulan Muharram dengan sebutan bulan Allah bisa dianggap telah menunjukkan posisi bulan tersebut memang sangat spesial.
Melalui riwayat yang diberikan oleh Ibnu Majah juga menganjurkan untuk menjalankan ibadah puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.
Yang mana, ibadah ini dianggap sebagai salah satu amalan yang bisa membantu menghapuskan dosa – dosa selama satu tahun sebelumnya.
Selain pada tanggal 10 Muharram, menjalankan ibadah puasa juga dianjurkan untuk dilakukan pada hari – hari lain di bulan yang sama (Muharram).
Untuk amalan lain yang juga turut diperintahkan agar lebih ditingkatkan adalah dengan terus meningkatkan solidaritas dengan sesama.
Sebagian besar umat Islam, khususnya di tanah air, biasa menjadikan momen bulan Allah ini sebagai lebarannya anak yatim.
Yang mana dirayakan dengan memberikan berbagai sedekah dan santunan kepada anak – anak tak beruntung yang harus kehilangan orang tuanya dan dianggap secara ekonomi dalam kondisi lemah.
KH Shaleh Darat pun memberikan istilah khusus pada tanggal 10 Muharram dengan sebutan Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah yang artinya sebagai bagian dari hari raya yang harus dirayakan oleh umat muslim dengan cara menyalurkan sedekah kepada mereka yang membutuhkan termasuk fakir dan miskin.
Terlepas dari hal ini, membantu hingga memberikan pertolongan sebenarnya tidak terikat oleh waktu. Namun, perlu ditekankan lagi, momen bulan Muharram adalah momen spesial dengan pahala yang lebih banyak saat kita memberikan kepedulian.
Bulan Muharram menjadi bulan paling tepat untuk mengawali tahun baru dengan berbagai tingkah laku positif.
Bulan Muharram juga bisa diibaratkan sebagai sebuah cerminan dari masing – masing individu, yang mana dijadikan sebagai langkah awal dalam menapaki 11 bulan berikutnya.
Untuk itu, dalam rangka memuliakan bulan Muharram kali ini, ada baiknya jika kita semua membenahi perilaku, menjernihkan hati hingga memperbaiki karakter kepribadian masing – masing.