Linamasa.com – Sejak tanggal 29 Juni 2022, para ilmuwan dari berbagai belahan dunia mengklaim bahwa kondisi bumi saat ini berputar lebih cepat jika dibandingkan dengan kondisi biasanya. Hal ini menjadikannya sebagai hari paling pendek yang tercatat sepanjang sejarah sejak tahun 1960 an.
Menurut keterangan seorang ilmuwan dari Sternberg Astronomical Institute of Lomonosov Moscow State University bernama Leonid Zotov, bahwa pada hari tersebut bumi mampu menyelesaikan pergerakan satu putaran penuhnya dalam jangka waktu lebih pendek dalam sehari yakni 1,59 milidetik, dibandingkan dengan perputaran rata – rata perhari dalam kurun waktu 24 jam (total 86.400 detik).
Studi yang dilakukan oleh Leonid Zotov bersama dengan para ilmuwan lain, menjelaskan kemungkinan adanya hipotesis untuk percepatan kondisi rotasi bumi yang baru.
Dilansir dari unggahan resmi media Global News, pada hari Sabtu, 6 Agustus 2022 terdapat laporan bahwa Bumi melakukan putaran yang lebih cepat terhitung sejak tahun 2016 lalu.
Kemudian berlanjut pada tahun 2020 yang menunjukkan adanya 28 hari terpendek yang tercatat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Namun, percepatan rotasi dan Bumi justru kian cepat, yang mana tidak terjadi setiap hari dan tidak selalu berlangsung dalam kurun waktu yang lebih pendek dari waktu 24 jam.
Seperti dilansir dari tulisan yang dibuat oleh Leonid Zotov beserta timnya, bahwa dalam studi tersebut, kecepatan dari rotasi Bumi yang terjadi peningkatan itu, membuat banyak ilmuwan terkejut.
Mereka tak pernah menduga jika perputaran Bumi menjadi lebih cepat. Karena sebelumnya, mereka yakin bahwa Bumi memiliki perputaran yang kian melambat selama abad – abad terakhir.
Kendati demikian, untuk alasan kuat dibaliknya kondisi perputaran Bumi yang lebih cepat itu, belum bisa menjelaskan dengan pasti penyebab utama kondisi tersebut.
Padahal, Zotov dan para ilmuwan lain akan melakukan presentasi penelitian dan teori terkait dengan perputaran Bumi yang lebih cepat ini pada gelaran Konferensi Asia Oceania Geosciences Society pada bulan ini.
Penyebab Terjadinya Perputaran Bumi yang Lebih Cepat
Dari unggahan yang dituliskan oleh media Indian Express, bahwa kondisi perputaran bumi yang lebih cepat tersebut memang sudah sering terjadi.
Pada tanggal 29 Juli 2020 lalu, terdapat catatan hari paling pendek dengan hitungan 1,47 milidetik lebih cepat dalam kurun waktu 24 jam.
Sampai saat ini, penyebab pasti dari percepatan perputaran bumi memang masih belum bisa diketahui pasti.
Akan tetapi, dugaan kuat pasang surut di Bumi, kemungkinan menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung aktivitas perputaran pada planet menjadi lebih cepat.
Dilansir dari unggahan media Science Focus, bahwa variasi panjang hari disebabkan oleh beberapa faktor. Yang mana mulai dari efek pasang surut matahari dan bulan, distribusi massa keseluruhan pada planet hingga inti mantel di dalam bumi.
Namun siapa sangka, kondisi perputaran Bumi yang lebih cepat ini memberikan pengaruh secara langsung pada kehidupan makhluk hidup sehari – hari di muka Bumi.
Dari kondisi tersebut, kemungkinan akan ada implikasi yang cukup serius terhadap teknologi seperti halnya jaringan komunikasi, komputer, telepon pintar, GPS, yang mana semua teknologi tersebut sangat bergantung pada sistem waktu yang akurat.
Selama terjadi pemendekan hari yang tidak disebabkan oleh aktivitas manusia, maka tidak perlu dikhawatirkan terlalu serius atas fenomena Bumi yang saat ini menunjukkan lebih cepat.
Kemudian mengutip dari laporan media Forbes, penyebab bumi berputar lebih cepat juga sama, masih belum diketahui alasan pastinya.
Namun banyak ilmuwan yang meyakini bahwa kondisi itu erat kaitannya dengan berbagai teori seperti :
- Pergerakan bagian kutub geografis bumi yang melintasi bagian permukaannya (The Chandler Wobble).
- Terjadinya banyak aktivitas seismic.
- Adanya gerakan yang terjadi pada bagian inti cair di dalam planet.
- Proses mencairnya gletser yang artinya beban di bagian kutub menjadi semakin ringan.
Dampak Perputaran Bumi Menjadi Lebih Cepat
Dampak yang ditimbulkan jika bumi berputar lebih cepat adalah bisa mengarah pada teori pengenalan detik kabisat negatif yang mana belum pernah ada sepanjang sejarah.
Detik kabisat negatif bisa diartikan sebagai jam yang melewati satu detik yang berpotensi menciptakan berbagai masalah pada sistem teknologi.
Kemudian hal lain yang perlu diperhatikan lebih lanjut jika saja bumi berputar lebih cepat ialah apakah panjang hari dalam kurun waktu satu hari menjadi semakin berkurang (sudah mencapai batas minimum). Terkait hal tersebut, tentu tak ada yang tahu pasti
“Saya pikir, kejadian tersebut setidaknya 70 persen kemungkinan kita sudah berada di level minimum tersebut,” kata Dr Leonid Zotov.
“Dengan munculnya pola terhadap rotasi Bumi yang kian berubah, sangat mungkin jika kita nanti akan memperoleh lompatan kedua negatif yang terjadi di beberapa titik di masa yang akan datang,” ungkap Insinyur Meta Oleg Obleukhov dan Ahmad Byagowi yang dibuat melalui sebuah postingan blog.
“Dampak terhadap detik kabisat negatif hingga saat ini memang belum pernah dilakukan pengujian lebih lanjut dalam skala besar. Yang pasti, dampak buruk bakal menimpa berbagai perangkat lunak yang sistem kerjanya mengandalkan penghitung waktu (penjadwalan),” tambahnya pada laporan yang telah dibuat.