Linamasa.com – Dana talangan digelontorkan oleh Jerman kepada perusahaan Uniper yang merupakan importer gas terbesar yang ada di Negara tersebut.
Jumlah dananya pun fantastis mencapai 15 miliar Euro (15,3 miliar Amerika Serikat) untuk dimanfaatkan agar tak masuk ke dalam jurang krisi akibat pasokan yang kian menurun.
Rencananya, distributor gas Uniper akan memperoleh dana talangan tersebut setelah adanya pemotongan pasokan energi yang didapatkan dari Rusia dalam kurun waktu berbulan – bulan dan juga karena adanya lonjakan harga pasar yang gila – gilaan sehingga menyebabkan perusahaan tersebut menuju ke arah kebangkrutan.
Pada kesepakatan yang telah dibuat dalam upaya melakukan penyelamatan dari kebangkrutan, pihak pemerintah Jerman berkomitmen untuk menggelontorkan dana sebesar 7,7 miliar Euro (7,8 dollar Amerika Serikat) dan sisanya di diberikan oleh Bank KfW yang dikelola oleh negara sebesar 7 miliar Euro (7,1 dollar Amerika Serikat) dengan meningkatkan kredit perusahaan tersebut.
Melansir dari unggahan yang dilakukan oleh media CNN Business, pada hari Jumat, 22 Juli 2022, pihak pemerintah juga akan mengambil alih saham dari Uniper sebesar 30 persen.
Sementara dari perusahaan induknya bernama Fortum juga akan mulai mengurangi kepemilikan saham yang semula adalah sebesar 80 persen menjadi 56 persen saja.
“Ini merupakan kondisi realitas geopolitik baru yang membuat system energy di kawasan Eropa menjadi terguncang sampai ke akar – akarnya. Dan kondisi ini memicu munculnya kerangka kerja baru lagi bagi sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang energy di kawasan Eropa,” kata Markus Rauramo (CEO Fortum) saat sedang berkesempatan berada di siaran pers.
Rauramo mengungkapkan bahwa kondisi ini membuat mereka harus kerja keras lebih lanjut untuk bisa menciptakan industri gas yang berkelanjutan.
Jika mengacu pada data yang dirilis oleh Intercontinental Exchange bahwa, harga patokan energy kian meroket mencapai 89 persen sejak terjadinya perang antara Rusia dengan Ukraina yang dimulai pada akhir bulan Februari 2022.
Olaf Scholz (Kanselir Jerman) mengabarkan bahwa kondisi Uniper saat ini sedang sangat serius dan sedang menghadapi masalah yang besar karena dampak dari kondisi peperangan itu.
“Uniper dianggap sebagai bagian penting untuk mendukung pembangunan dari segi ekonomi negara kita, untuk memastikan keberadaan pasokan energy bagi warga negara, namun di sisi lain juga untuk memberikan dukungan penuh bagi kelangsungan hidup sejumlah perusahaan,” tambahnya.
“You’ll never walk alone,” ungkap Olaf Scholz (Kanselir Jerman).
Ungkapan tersebut diketahui mengutip dari sebuah lagu populer yang biasa digunakan di kalangan klub sepakbola.
Olaf Scholz mengatakannya pada hari Jumat, 22 Juli 2022 saat ia sedang mengabarkan bahwa pihak pemerintah Jerman akan mengambil alih saham Uniper sebesar 30 persen.
Ia juga menekankan bahwa pihak pemerintah Jerman tidak akan meninggalkan satu orang pun merasa kesulitan dalam upaya menghadapi berbagai macam krisis energi akibat dari dampak secara langsung perang yang terjadi di daratan Ukraina.
Jerman diketahui sangat rentan terhadap penurunan ekspor gas dari pihak Rusia. Pasalnya, sudah sejak lama Jerman memang sangat bergantung pada Rusia terkait dengan pemenuhan komoditi gas sebagai sumber energy penting guna memastikan ketersediaan bagi level rumah tangga hingga level industri berat. Gas yang dimiliki oleh Rusia, bahkan menyumbang lebih dari 50 persen pasokan nasional untuk jangka panjang kepada Uniper.
Melihat fakta ini, Jerman dengan sigap langsung mengambil langkah untuk mengatasi masa – masa kritis tersebut.
Beberapa bulan terakhir, Jerman sudah berusaha memangkas impor gas dari Rusia yang semula sebesar 55 persen menjadi 35 persen saja.
Untuk pemotongan lebih lanjut akan terus dilakukan dan saat ini masih dalam proses menuju ke arah sana.
Sementara Uni Eropa telah berkomitmen dan berjanji ke depannya akan memangkas konsumsi gas yang bersumber dari Rusia hingga 66 persen sebelum tahun depan.
Kemudian, pada tahun 2027, Uni Eropa juga akan memutuskan secara keseluruhan atas ketergantungannya dengan Rusia.
Uniper Merasa Terpukul Keras Karena Perang di Ukraina
Uniper diketahui merasa terpukul sangat keras karena perang yang tak kunjung berakhir di Ukraina. Terlebih lagi pihak Rusia melakukan pengurangan suplai melalui jaringan pipa Nord Stream 1.
Karena pengurangan pengiriman gas yang dilakukan oleh Rusia ini, tentu membuat Uniper kelimpungan.
Uniper harus berusaha memutar otak untuk bisa memenuhi semua kontrak dari banyak perusahaan di Eropa yang sudah diteken.
Mau tidak mau Uniper harus membeli kebutuhan gas dari pasar bebas yang diketahui dibanderol dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Karena sudah terikat kontrak sebelum masalah ini timbul, keputusan untuk menaikkan harga pun tidak bisa dilakukan. Kecuali jika kontrak tersebut sudah diperbarui.
Selain itu, tambal sulam juga harus dilakukan oleh Uniper dengan cara menjual listrik hingga pasokan gas ke banyak pelanggan besar, seperti salah satunya adalah perusahaan energy regional.
Selama ini, Uniper terkenal sebagai importir gas terbesar di negara Jerman yang mendapatkan suplai langsung dari Rusia dengan penawaran harga murah.
Setelah perusahaan raksasa bernama Gazprom dari Rusia mulai memangkas pasokan suplainya ke Jerman, dua minggu lalu Uniper diketahui mengajukan bantuan secara langsung kepada pihak pemerintah Jerman karena terancam masuk ke jurang kebangkrutan karena krisis energy.
“Saat ini, Uniper diberikan izin langsung oleh pemerintah Jerman untuk mengambil tindakan dengan menaikkan biaya kepada para pelanggannya, meski sebelumnya sudah ada kontrak tentang harga tetap. Secara berkelanjutan, warga Jerman juga harus bersiap dalam menghadapi kenaikan harga energy pada musim gugur mendatang. Pihak pemerintah juga telah berjanji bahwa akan memberikan bantuan kepada ruang lingkup rumah tangga yang diketahui mengalami kendala selama pembayaran tagihan energy yang mereka gunakan sehari – hari,” ungkap Olaf Scholz (Kanselir Jerman).