...
keuangan menurun
Freepik

Ancaman Resesi, Ini Dia Daftar Negara yang Dinyatakan Masih Aman

Linamasa.com – Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa sudah banyak negara yang ini terancam masuk ke jurang terjadinya resesi ekonomi yang akan segera menyusul Sri Lanka.
Dalam laporan yang dibuat oleh PBB dengan tajuk Crisis Response Group seperti yang dilansir pada hari Selasa, 12 Juli 2022, berikut terdapat beberapa negara yang terancam bakal menyusul Sri Lanka. Negara – negara tersebut antara lain seperti Myanmar, Laos, Pakistan hingga merembet ke Argentina.

Kabar baiknya di dalam daftar yang diterbitkan oleh PBB tersebut, tidak ada nama Indonesia di dalamnya. Negara lain yang mengikuti Indonesia tidak termasuk dalam daftar tersebut antara lain seperti Amerika Serikat, Thailand, Singapura hingga Malaysia. Namun apakah dikatakan aman bisa menjamin negara – negara tersebut masih cukup jauh dari ancaman jurang resesi seperti Sri Lanka?
Sri Mulyani (Menteri Keuangan) berkali – kali sudah mencoba untuk menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia sampai saat ini masih cukup tangguh dan juga bisa dibilang lebih baik jika dibandingkan dengan negara – negara lainnya.

Hal ini tercermin dari segala bentuk kinerja perekonomian yang telah dilakukan seperti contohnya PMI Manufaktur hingga aktivitas ekspor impor yang sampai saat ini masih tetap tumbuh tinggi.

“Indonesia hingga kini masih termasuk dalam kategori baik jika dibandingkan dengan negara – negara lain yang terjadi kenaikan hutang cukup tajam,” kata Sri Mulyani (Menteri Keuangan Republik Indonesia) saat menghadiri konferensi pers APBN pada hari Selasa, 12 Juli 2022.

Selain itu, kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga terlihat semakin membaik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di tahun lalu. Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan sebesar 3,7 persen sepanjang tahun 2021. Bahkan pada kuartal pertama 2022, Indonesia mampu membukukan catatan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01 persen.

Pertumbuhan yang dinilai positif ini juga didukung dari sumber lain yakni dari laporan yang dibuat oleh World Bank yang sudah dirilis pada bulan Juni 2022 lalu. Dalam hal ini, catatan terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak ada revisi.

Jika dilihat dari sisi keuangan, APBN juga telah mencatatkan perkembangan yang sangat baik dari kinerja positif atau surplus setidaknya selama lima bulan berturut – turut. Sehingga dalam hal ini, pembiayaan utang yang diterima Indonesia juga semakin menurun.

Tercatat hingga akhir bulan Mei 2022, utang Indonesia yang tercatat hingga saat ini, mempu berkurang dengan nominal yang cukup besar yakni Rp 38,08 triliun. Dimana, sisa utang yang dimiliki oleh Indonesia saat ini menjadi Rp 7.002,24 triliun.

Tak hanya Indonesia yang kondisinya masih baik, negara tetangga kita Singapura juga dinilai oleh pihak PBB masih jauh dari badai ancaman resesi karena kondisi perekonomian negara tersebut masih cukup kuat.

Meski sebelumnya sempat terjadi kontraksi di sepanjang tahun 2022 karena dampak dari badai pandemi covid 19 yang berkepanjangan, namun di sepanjang tahun 2021 Negeri Singa tersebut mampu bangkit dengan mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan justru lebih kuat dan tertinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebelum terjadi pandemi covid19 dalam satu dekade terakhir.

Negara tetangga kita Malaysia juga turut mengekor di belakang Indonesia dimana sama – sama berada di posisi aman. Pada kuartal I tahun 2022, Malaysia berhasil mencatatkan angka pertumbuhan ekonominya mencapai angka 5 persen. Angka ini lebih baik jika dibandingkan dengan perolehan pada akhir 2021 yang mana hanya mencapai angka 3,6 persen saja.

Tak mau kalah, Negara Thailand juga mengikuti jejak Indonesia, Singapura dan Malaysia dalam hal pertumbuhan ekonominya. Sejak diterpa badai pandemi covid 19, perekonomian Thailand kian membaik. Di sepanjang tahun 2021, pertumbuhan ekonomi negeri Gajah Putih itu mampu mencatatkan 1,6 persen. Namun, angka tersebut terlihat anjlok begitu signifikan setelah pada tahun 2020 mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai angka 6,2 persen.

Sementara itu, negara maju seperti halnya Amerika Serikat, tak menjadi bagian dari negara yang terancam bangkrut dan masuk ke jurang resesi. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Janet Yellen (Menteri Keuangan AS), yang mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi AS saat ini masih sangat kuat, seperti dilansir dari unggahan media Reuters pada hari Selasa, 12 Juli 2022.

Meski faktanya menunjukkan terjadi lonjakan inflasi yang cukup tajam dan juga pertumbuhan ekonominya hanya mencapai 1,6 persen pada kuartal I sepanjang tahun 2022, namun Janet Yellen (Menteri Keuangan AS) menegaskan dan sangat percaya diri bahwa Amerika Serikat masih jauh dari ancaman masuk ke jurang resesi.

Adapun inflasi yang kini dicatatkan Amerika Serikat mencapai 8,6 persen hingga akhir bulan Mei 2022. Realisasi data ini menunjukkan angka paling tinggi terjadinya inflasi di negeri Paman Sam tersebut, jika ditarik data mulai dari bulan Desember 1981. Tidak dipungkiri, badai pandemi covid 19 hingga invasi Rusia ke Ukraina, mempunyai banyak cukup signifikan bagi banyak negara di dunia, baik itu negara maju maupun negara berkembang.

Prediksi Negara dan Wilayah yang Bakal Terancam, Resesi Tahun Depan

Imbas terjadinya pandemi yang berlangsung setidaknya selama dua tahun terakhir, membuat salah satu sektor yakni bidang ekonomi menjadi terdampak.

Dalam laporan yang dibuat oleh Global Economic Prospect June 2022 (GEP), bahwa Bank Dunia mengungkapkan tingginya tekanan inflasi, dimana tekanan tersebut tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masing – masing negara.

Senada dengan kondisi tersebut, para ahli ekonomi yang berasal dari perusahaan pialang Nomura Holdings mengungkapkan setidaknya akan ada lima negara dan juga satu wilayah yang tahun depan berpotensi besar masuk ke dalam jurang resesi ekonomi.

Hal ini bisa dilihat secara langsung dari gerak bank sentral yang terlihat begitu agresif dimana kian memperketat kebijakan moneter guna melawan terjadinya lonjakan inflasi.

Dilansir dari unggahan media CNBC Internasional bahwa Rob Subbaraman (Kepala Riset Pasar Global Nomura) mengungkapkan bahwa sederet negara yang diprediksi bakal masuk ke jurang resesi ekonomi di tahun depan antara lain seperti Zona Eropa (Eropa), Australia, Kanada, Korea Selatan, Jepang hingga Amerika Serikat.

“Saat ini diketahui bahwa bank sentral telah mulai beralih ke mandate tunggal. Tujuan utamanya adalah untuk membantu proses penurunan inflasi yang cukup besar sehingga bisa berangsur – angsur menurun. Kredibilitas dari kebijakan moneter sendiri merupakan suatu aset yang termasuk dalam kategori sangat berharga jika sampai hilang. Jadi mereka diprediksi akan kian agresif,” tutur Rob Subbaraman (Kepala Riset Pasar Global Nomura).

Detail Negara yang Terancam Masuk Resesi

1.Amerika Serikat

Pertumbuhan ekonomi AS yang tercatat hanya 0,9 persen di kurtal II sepanjang tahun 2022 mengalami penurunan dari kuartal I yang tercatat mencapai angka pertumbuhan 1,5 persen. Dua kali penurunan secara berturut – turut, bisa dijadikan sebagai acuan dan pertanda jika negara tersebut akan mengalami resesi. Data ingin mengacu pada proyeksi resesi ekonomi Amerika Serikat yang diambil dari data Pendapatan Domestik Bruto oleh The Atlanta Federal Reserves.

Bahkan, menurut pendapat yang disampaikan oleh Stanley James Gorman, bahwa besar kemungkinannya jika Amerika Serikat akan jatuh ke jurang resesi pada tahun 2022 dengan pangka prediksi mencapai 50 persen.

2.Eropa

Kekhawatiran sejumlah negara yang ada di Eropa, bisa dilihat dari kondisi mata uang euro yang kian melemah dan merosot terhadap nilai tukar dollar sejak akhir tahun 2002. Faktor pemicu paling terjadinya resesi di Eropa adalah karena kenaikan harga gas alam yang gila – gilaan. Dari sejumlah data yang diperoleh, hingga bulan Juni 2022, pertumbuhan bisnis mulai mengalami perlambatan tajam.

Di sisi lain, terdapat defisit angka perdagangan sepanjang bulan Mei 2022 yang sudah disesuaikan dengan angka musiman mencapai 1 miliar euro terutama di Jerman. Yang mana angka tersebut jelas – jelas berlawanan dengan angka ekspektasi surplus.

Kondisi ini juga dirasakan di Inggris, yang mana telah menunjukkan adanya perlambatan karena angka inflasi yang tinggi. Para pengusaha juga telah membuat laporan terkait dengan tingkat kekhawatiran yang bisa dijadikan sebagai pertanda akan datang resesi.

3.China

IMF memprediksi bahwa kondisi perekonomian di China juga akan terus melambat di paruh kedua tahun 2022. Ini merupakan dampak dari upaya – upaya yang tengah dilakukan pemerintah china dalam mengendalikan penyebaran kasus virus covid 19.

Meskipun begitu, harapan besar untuk bisa kembali pulih sangat terbuka lebar. Dengan catatan harus didukung oleh stimulus kebijakan yang lebih agresif sehingga bisa memitigasi proses penurunan ekonomi.

Namun, mulai munculnya varian baru dari virus covid 19 dimana memiliki tingkat kerentanan menular lebih tinggi, tentu menciptakan ancaman baru bagi kondisi ekonomi di China. Untuk jangka pendek, kini China tengah menghadapi tantangan dalam proses menyeimbangkan mitigasi virus covid 19 sekaligus berbagai persoalan yang ada pada pertumbuhan ekonominya.

Pemerintah China tengah berupaya keras untuk mulai menciptakan peningkatan terhadap pelonggaran kebijakan ekonomi makro. Cara yang dilakukan adalah dengan pengeluaran publik yang lebih besar, penurunan suku bunga kebijakan, sektor property yang lebih dilonggarkan hingga memberikan pemangkasan terhadap pajak.

4.Mongolia

Lembaga Pemeringkat Internasional Fitch Ratings, memprediksikan bahwa kondisi keuangan global akan semakin ketat dan juga dampak geopolitik akan terus memperburuk kondisi keuangan eksternal dari negara Mongolia yang saat ini sudah semakin lemah.

“Kami memproyeksikan bahwa defisit neraca berjalan negara Mongolia sepanjang tahun 2022 akan terus melebar hingga tembus angka 16,3 persen dari PDB hingga beban utang luar nigari yang mencapai besaran angka 167 persen dari PDB,” tulis unggahan laporan dari Lembaga Pemeringkat Internasional Fitch Ratings.

Menurut penjelasannya lebih lanjut, adanya ketergantungan Pemerintah Mongolia dengan layanan utang luar negeri, bisa menjadi pemicu peningkatan kerentanan terhadap kondisi pergeseran para investor internasional. Yang mana bisa berdampak langsung pada kondisi perlambatan ekonominya.

5.Korea Selatan

Pada awal minggu ini, saham di negara Korea Selatan kian jatuh karena banyak investor mulai khawatir dengan adanya kenaikan suku bunga yang digunakan untuk memerangi adanya inflasi. Kondisi ini tentu sangat berdampak langsung pada perlambatan ekonomi. Belum lagi ditambah dengan persiapan banyak pihak untuk menghadapi dampak resesi yang diprediksi bakal menimpa Amerika Serikat di tahun depan.

Saat ini, pihak Bank Sentral Korea Selatan dan Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa mereka telah berkomitmen dan setuju untuk menjalin kerjasama dengan tujuan untuk meminimalisir resiko buruk dari adanya kenaikan suku bunga di ruang lingkup rumah tangga hingga bisnis yang rentang sehingga bisa terhindar dari berbagai potensi resesi yang tengah membayang – bayangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google Berita.

About Redaksi

Check Also

Harley Davidson

Memetik Pelajaran dari Kisah Kegagalan Harley-Davidson

Linamasa.com – Pada tahun 1996, perusahaan ikonik sepeda motor Amerika, Harley-Davidson, mengambil langkah yang tidak …