Linamasa.com – Untuk ikut meramaikan perayaan Hari Kartini tahun 2022, terdapat deretan film yang mengisahkan tentang pemberdayaan perempuan. Salah satu film terbaru ialah Yuni yang sebelumnya sudah dicoba untuk diajukan Indonesia ke level penghargaan bergengsi Piala Oscar.
Sebenarnya film emansipasi perempuan tak hanya ada di dalam negeri saja, namun semangat tersebut juga digambarkan dari beberapa film Hollywood kenamaan seperti Little Women (tahun 2019). Film ini mengisahkan tentang sosok perempuan yang diwajibkan untuk menikah melalui karakter Jo March yang diperankan oleh Saoirse Ronan.
Deretan Film Emansipasi Wanita di Hari Kartini
1.Kartini (tahun 2017)
Film ini menggambarkan kisah nyata dari perjuangan seorang Kartini di Indonesia pada masa penjajahan Belanda awal tahun 1900. Saat itu, wanita dianggap tabu jika mengenyam pendidikan tinggi sehingga tidak mendapatkan izin untuk berpendidikan. Budaya tersebut tidak hanya berlaku untuk kalangan rakyat jelata saja, melainkan para ningrat seperti sosok Raden Ajeng Kartini pun tidak diperbolehkan untuk berpendidikan tinggi. Pada film tersebut, sosok RA Kartini berhasil diperankan oleh Dian Sastrowardoyo.
2.Yuni (tahun 2021)
Yuni yang diperankan oleh Arawinda Kirana merupakan salah satu siswa SMA yang populer karena kecerdasan yang dimilikinya serta memiliki keinginan yang tinggi untuk mengenyam pendidikan tinggi. Hanya saja, keinginan tersebut harus melalui banyak rintangan karena dirinya diminta untuk langsung menikah setelah tamat SMA.
Dalam film tersebut, Yuni mendapatkan lamaran dari dua pria. Hanya saja tak satupun lamaran tersebut diterima oleh Yuni. Tak disangka, dari penolakan tersebut justru muncul kabar miring dan dikaitkan dengan mitos daerah setempat. Jika ada perempuan yang menolak 3 lamaran pria, maka tidak akan pernah bisa menikah.
Selanjutnya, munculnya pria ketiga yang turut mengajukan lamaran ke Yuni dan membuatnya semakin tertekan. Terdesak dengan keadaan, Yuni dipaksa untuk memilih, ingin mempercayai mitos yang beredar di masyarakat atau justru melanjutkan impian yang sudah sejak lama diinginkannya itu.
3.Sokola Rimba (2013)
Butet Manurung yang diperankan oleh Prisia Nasution merupakan seorang pekerja di lembaga konservasi yang sudah berjalan hampir tiga tahun. Selama bekerja, ia mempunyai tekad kuat untuk bisa memberikan pembelajaran mengenai baca tulis hingga berhitung kepada para anak di kalangan suku anak dalam (orang rimba).
Suatu hari saat bertugas, Butet Manurung tiba – tiba jatuh sakit karena serangan demam malaria saat berada di tengah hutan. Akhirnya Nyungsang Bungo, seorang anak yang berasal dari Hilir Sungai Makekal menolong Butet. Yang mana jarak tempat tinggalnya dengan tempat Butet mengajar berjarak 7 km.
Selama ini, ternyata Bungo sering memperhatikan Butet saat mengajar karena ingin bisa membaca surat dari kepala adat.
4.Little Women (tahun 2019)
Little Women mengisahkan tentang kehidupan keluarga March yang memiliki empat anak perempuan. Dari keempat anak perempuan tersebut, hanya Jo March yang mempunyai ambisi kuat untuk meraih cita – cita (sebagai penulis). Sedangkan saudaranya yang lain hanya fokus mengejar para pria untuk dinikahi. Melihat hal tersebut, Jo March pun sangat tidak setuju.
Kala itu ia masih menentang yang namanya pernikahan, apalagi di usia muda. Bagi Jo March, dengan memilih untuk menikah, maka mimpi – mimpi yang telah direncanakan akan hancur lebur begitu saja. Karena perbedaan pandangan tersebut, memicu konflik di dalam keluarga dan berakibat pada renggangnya hubungan keluarga. Namun seiring dengan waktu berjalan, akhirnya mereka sama – sama memahami dan menghargai apapun keputusan masing – masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google Berita.